Kamis, 31 Oktober 2013

Liputan konser NOAH, Grand Ballroom Swiss-Bel Hotel, Batam




Hepii banget karena akhirnya aku berhasil mendapatkan tiket untuk menyaksikan Konser NOAH yang bertajuk “ REBORN”. Konser diadakan di Grand Ballroom Swiss-Bel Hotel, Harbour Bay, Batam.  Masih ingat kan postinganku sebelumnya jika siang harinya saat jam istirahat aku bertemu dengan Reza si Drummer dan Ikhsan si Additional Bass. Aku bertemu saat mereka ingin menunaikan ibadah sholat jumat di mesjid yang terletak dalam komplek rusunku. Meski sudah menyamar dengan memakai gamis dan kopiah ala pria arab atau pak haji tapi aku tetap mengenali mereka. setelah sedikit memaksa hahaha … mereka akhirnya mau berfoto dengan aku dan teman – teman.
Naaah ….. gara – gara itulah aku jadi makin semangat untuk menonton pertunjukan mereka malam harinya.  Bayangkan saja demi mempersiapkan diri agar terlihat keceh bin cantik di mata “ Ariel “ aku sampai ijin pulang lebih awal untuk mandi dan berdandan … hihihi … agak lebay yaaa … tapi begitulah kalau sudah cinta.  Setelah memakai baju berwarna merah dan kerudung warna senada aku dan Dina tidak ada bedanya dengan fans NOAH yang biasa disebut “ Sahabat NOAH”.

Sahabat NOAH Batam
 Tiba di venue sekitar jam 17.30 Wib. Kami sengaja datang lebih awal karena ingin mendapat lokasi nonton tepat di depan panggung. Berhubung membeli tiket festival dan berdiri jadi harap maklum deh  jika harus berdesakan dengan penonton lain bahkan mulai dari mengantri di pintu masuk. Setelah menunggu  dua jam akhirnya pintu masuk yang di jaga penyelenggara acara beserta petugas kepolisian dibuka. Penonton yang berdesakan sempat membuatku sebal karena mereka seperti tidak sabar untuk segera masuk. Haeduuh … pliss deh! Emang situ aja yang mau ketemu Ariel, ocehku dalam hati.

Suasana di pintu masuk
 Taraaaa …..akhirnya setelah perjuangan mengantri terbayarkan karena kami berhasil mendapat posisi tepat di depan pagar pembatas antara penonton VIP dan Festival.  Sempat sebal dengan seorang ibu .. iya, wanita seumuran dengan ibuku yang berusaha mendesak sekuat tenaga mendorong tubuhku keluar dari deretan depan. Hehe, ternyata pesona Ariel tak mengenal umur mulai dari anak kecil, abg, hingga seorang ibu.  Meski kenyataanya si ibu tidak sanggup berdiri lama bahkan saat konser belum dimulai ia sudah mundur ke belakang.

Lampu panggung menyala terang dan muncul sepasang host untuk membuka acara. Setelah memberikan penjelasan tentang sponsor, media support hingga menayangkan trailer film NOAH yang akan rilis November mendatang  ruangan menjadi gelap. Tiga menit kemudian dalam kegelapan munculah satu demi satu personil NOAH hingga penonton berubah riuh saat suara khas Ariel menyapa. Kilat lampu menyala  disertai  intro gitar dari Lukman dan Uki. Ariel malam itu mengenakan jas dan celana panjang hitam dengan kaos abu – abu.  Menyapa hangat fans di Batam penampilan dibuka dengan lagu  Jika Engkau. Usai lagu pertama di nyanyikan Ariel menerangkan jika ini kedua kalinya NOAH  mengunjungi Batam setelah terakhir tahun 2006 saat masih bernama Peterpan.

Malam itu penonton kembali mengenang lagu – lagu  Peterpan .  Lagu Ada apa denganmu, Tak bisakah, Di atas normal, Yang terdalam, Semua tentang kita, Mimpi yang sempurna. dibawakan dengan suara keren Ariel. Meski sound system dalam ruangan tidak terlalu bagus namun penonton tetap hanyut dan bernyanyi bersama.  Kejadian lucu sempat terjadi saat Ariel meminta penonton  memilih salah satu personil untuk bernyanyi. Berdasarkan tepuk tangan terbanyak akhirnya Reza sang drummer sedikit di paksa ke depan panggung. Di iringi gitar oleh Ariel lagu Mungkin Nanti di bawakan Reza. Gaya yang sedikit kaku membuat penonton tertawa hingga Ariel tidak tega dan mengambil alih sisa lirik.

Penampilan Ariel, Lukman, Uki, David, Iksan dan Reza juga berhasil membuat penonton berteriak riuh saat lagu dari album terbaru mereka “ Seperti Seharusnya “ mulai dibawakan. Puisi Adinda, Hidup untukmu mati tanpamu, Terbangun sendiri, Separuh aku, Tak lagi sama, Ini cinta, hingga Raja negeriku. Sepanjang pertunjukan Ariel selalu mengajak komunikasi dengan penonton. mulai dari bernyanyi bersama, melemparkan pic gitar yang sudah dipakainya juga melemparkan topi yang dikenakan hingga beberapa kali



Berkali – kali Ariel juga mengganti gitar mulai dari gitar akustik hingga elektrik tergantung jenis lagu yang dibawakanya. Saat  lagu Menunggumu dan Mungkin nanti ia menggunakan gitar akustik. Sedangkan di lagu Tak bisakah, Diatas normal atau lagu bernada riang ia menggunakan gitar elektrik. Kadang ia memanggil Uki dan Lukman untuk berbaur ke depan panggung dan berkolaborasi bersama. Ariel juga sempat menceritakan latar belakang beberapa lagu seperti Puisi Adinda yang di buatnya saat masih SMA. Begitu juga lagu Menunggumu yang dijadikan duet dengan Alm. Chrisye.

Jumlah penonton tidak terlalu membludak mungkin karena diadakan di hotel dengan harga tiket sedikit lebih mahal daripada di lapangan terbuka. Penampilan NOAH malam itu memuaskan penonton yang hadir. Hampir 20 lagu dari keseluruhan album mereka bawakan. Meski Ariel berkali – kali mengusap peluh yang mengucur dari wajahnya namun ia tetap semangat mengajak penonton bernyanyi. Kata “ LANJUT “ yang menjadi ciri khasnya selalu terdengar tiap kali ia mengajak penonton berkomunikasi.

 
 
Dua jam terasa sangat sebentar. Kelelahan berdiri sejak mengantri hingga pertunjukan selama hampir empat jam seolah terbang saat bernyanyi bersama. Ariel mengingatkan jika lagu berikutnya merupakan lagu penutup dan kami sempat kecewa. Namun NOAH menutup pertunjukan dengan sempurna. Lagu Topeng menjadi akhir dari pertunjukan. Masih dengan penuh semangat penonton tetap berteriak dan berlonjak keras mengikuti tiap liriknya. 
 

Masalah berat yang pernah menimpa Ariel tidak membuat NOAH terpuruk.  Musik mereka selalu ditunggu oleh fans yang selalu setia. Loyalitas yang ditunjukan para personil NOAH dan sahabat NOAH membuat Ariel bangkit dan berdiri untuk tetap manjadikan band mereka salah satu Band terbaik yang negeri ini miliki.

" Berjalanlah walau habis terang, ambil cahaya cintaku terangi jalanmu
  Diantara beribu lainya ... kau tetap .. kau tetap ... kau tetap benderang "


Kamis, 24 Oktober 2013

Wisata Pulau Putri, Nongsa, pulau yang penuh misteri




Jalan – jalan lagi yuuuukkk ….. kali ini aku dan teman – teman mengunjungi Pulau Putri, Kepulauan Riau. Pulau Putri letaknya satu kilometer di lepas Pantai Nongsa, Kecamatan Nongsa. Batam. Pulau ini merupakan salah satu dari puluhan pulau terluar di Indonesia dan menjadi batas langsung dengan negara Singapura dan Malaysia. Menurut nelayan kita hanya berenang sejauh 13 kilometer untuk mencapai pantai Changi, Singapura atau berkayuh dengan pompong sejauh 16 kilometer untuk sampai ke pesisir Johor, Malaysia. 

Pulau ini terbagi menjadi tiga bagian dan akan menyatu saat laut menjadi surut. Pulau utama memiliki luas hanya sekitar tiga ratus meter dengan pasir putihnya. Pulau ini menghadap langsung ke pantai Nongsa. Bagian pulau lainya terletak di bagian timur yang hampir sebagian daratanya telah terkikis karena abrasi. Yang tersisa hanya tebing setinggi sepuluh meter dan lumayan mengerikan jika kita nekat menyusuri bagian tepinya. Longsornya tanah, ombak yang lumayan tinggi hingga  air pasang bisa menjadi bahaya yang mengancam. Aku memilih menikmati desir angin yang berhembus kuat seraya memperhatikan beberapa pengunjung yang sedang asyik memancing.
Disini kami bisa melihat sebuah tugu sebagai tanda keberadaan pulau. Pada  tugu itu terpahat lambang negara Garuda Pancasila dan negara kesatuan Republik Indonesia lengkap dengan titik kordinat Lintang Utara dan Bujur Timur. Disini juga terdapat menara suar milik Dirjen Perhubungan Laut Tanjung Pinang. Mercusuar yang menyala berfungsi sebagai penuntun bagi kapal – kapal yang lewat agar tidak menabrak karang yang terdapat di sekitar pulau. Mercusuar akan menyala otomatis memakai tenaga surya.


Pulau ini selalu ramai jika akhir pekan karena banyak pengunjung yang ingin berenang atau sekedar berwisata di tepi pantai. Beberapa warung tampak berjejer menjajakan berbagai makanan dan minuman. Mulai dari mie rebus, soft drink, es kelapa muda  hingga jagung bakar. Rimbunan pohon bisa menjadi tempat berteduh diatas tikar atau alas yang bisa di sewa dengan harga Rp 10.000 saja. Disini juga tersedia penyewaan ban yang digunakan untuk anak – anak yang ingin berenang. Sebuah kapal melayu yang karam menjadi tempat lokasi berfoto yang bagus. Kapal kayu tersebut berbentuk rumah lengkap dengan jendela. Di pinggir pantai terlihat perahu nelayan tampak rapi berjejer siap digunakan untuk melaut. 




Oh iya … ada sebuah legenda tentang asal usul pulau Putri. Ada cerita yang mengatakan tentang seekor naga yang kesiangan saat ingin menyeberang ke Malaysia dan tertidur hingga tidak bisa bergerak dan lama kelamaan berubah menjadi sebuah pulau. Oleh karena itu jika kita melihat pulau ini saat sedang surut akan terlihat menyerupai seekor naga. Cerita lain yang  cukup terkenal konon pulau ini dihuni seorang putri yang sangat cantik. Dia selalu meminta tumbal seorang pria yang masih perjaka. Menurut warga setempat sudah beberapa pemuda yang meninggal karena hanyut atau tenggelam. kami sempat mengingatkan  beberapa teman pria yang hendak berenang supaya lebih berhati - hati. Meski di tanggapi dengan wajah pucat mereka tetap menceburkan diri ke laut.

Dibalik misteri yang cukup membuat bulu kuduk merinding tak membuat pulau ini sepi pengunjung. Masih banyak wisatawan lokal maupun turis asing yang kerap menikmati keindahan pantai sambil  menunggu matahari terbit atau tenggelam.
Rabu, 23 Oktober 2013

Wisata Pulau Penyengat, Kepulauan Riau




Jalan Jalan seru kali ini aku dan teman – teman mengunjungi Pulau Penyengat. Pulau ini terletak 3 km dari kota Tanjung Pinang dan berjarak kurang lebih 35 kilometer dari pulau Batam. Kami harus menyeberang dulu dari pelabuhan Punggur menuju pelabuhan Tanjung Pinang menggunakan kapal ferry dengan biaya 115.000/PP dengan waktu tempuh sekitar 45 menit. Dari Pelabuhan perjalanan di lanjutkan dengan naik pompong yaitu perahu kecil yang biasa digunakan para nelayan dengan membayar 15.000/PP. Perahu ini bisa mengangkut 12 orang dengan tujuan yang sama.  


Selama kurang lebih tiga puluh menit naik perahu bisa terlihat barisan pompong, speedboat dan rumah panggung yang berderet di sepanjang pelabuhan. Hamparan laut biru dengan riak gelombangnya membuat perjalanan menjadi seru hingga kami tiba di dermaga Penyengat. Di sekitar dermaga kami sudah di sambut beberapa pedagang yang menjajakan makanan khas pulau. Pulau Penyengat di masa lampau sempat menjadi pusat pemerintahan. Menurut cerita yang beredar asal muasal nama “ Penyengat” diambil dari kisah seorang saudagar yang datang dan hendak mengambil air  lalu disengat oleh sekumpulan lebah. 


Ada beberapa tempat di pulau ini yang dijadikan tempat wisata.  Bangunan  mencolok yang paling dekat dengan dermaga adalah Mesjid Raya Sultan Riau. Mesjid ini berdiri sejak 1832 M pada saat kepemimpinan Raja Abdurrahman., Yang dipertuan Muda Riau VII. Bangunan mesjid seluruhnya berwarna kuning, berdiri dengan megah dan terawat dengan baik. Ada empat buah menara yang berbentuk seperti bawang sebagai kubahnya. Di bagian kanan dan kiri mesjid terdapat bangunan kembar sedangkan bagian belakangnya terdapat makam keluarga sultan. Kubah yang berjumlah 17 buah di seluruh bangunan mesjid sesuai dengan jumlah rakaat sholat lima waktu. Saat itu aku sedang tidak melaksanakan sholat jadi tidak bisa melihat jika di dalam mesjid terdapat perpustakaan Raja Muhammad Yusuf Al Ahmadi, Yang Dipertuan muda Riau X dan kitab-kitab kuno juga alquran dengan tulisan tangan. 


Oh iya, untuk berkeliling Pulau Penyengat ini kami menggunakan Bentor atau Becak Motor. Satu bentor bisa untuk tiga orang dengan biaya 25 ribu/PP.  Cukup menggelikan jika di tengah jalan sesama bentor saling bertemu, jalan yang tidak luas membuat kami was – was jika badan bentor bersentuhan. Untunglah supir bentor yang kami tumpangi sudah lihai mengemudi. Tempat berikutnya adalah kompleks makam bangsawan. Salah satunya komplek makam Raja Hamidah ( Engku Puteri ) pemegang Religa Kerajaan (alat-alat kebesaran kerajaan). Raja Hamidah adalah permaisuri Sultan Mahmud Syah III (1760-1812). Sultan Mahmud Syah III adalah keturunan Sultan Riau IV dengan gelarnya Raja Haji Fisabilillah.  



Disini juga terdapat makam Raja Ali Haji ( 1808-1873 ), pahlawan nasional dalam bidang sastra juga pujangga terkenal dengan karya Gurindam 12. Di dalam komplek pemakaman terdapat 12 pasal syair melayu yang berisikan nasihat – nasihat tentang kehidupan.  Ada juga makam Raja Ahmad, penasehat kerajaan juga Raja Haji Abdullah, yang Dipertuan Muda Riau-Lingga IX (1855-1858) serta Permaisurinya Tengku Aisyah.



Tempat selanjutnya yang terletak di pinggir laut adalah Balai Adat Melayu Indera Perkasa. Bentuknya berupa rumah panggung dengan kayu yang kokoh. Balai adat ini digunakan sebagai penyimpanan perkakas raja dan tuan putri. Di dalamnya terdapat pelaminan pengantin adat melayu dengan warna kuning keemasan.  Kami langsung berfoto narsis di pelaminan seperti pengantin melayu hahaha …. . Di bawah bangunan terdapat sumur yang  merupakan  salah satu daya tarik bagi pengunjung. Menurut cerita jika membasuh wajah atau kaki menggunakan airnya bisa mendatangkan keberkahan. Sumur ini sudah berusia ratusan tahun dan konon merupakan sumber mata air pertama di Pulau Penyengat. 


Seraya menikmati keindahan pulau kami mencicipi masakan khas penyengat yang dinamakan “ Asma Roja “. Makanan ini terdiri dari kepiting yang sudah dihancurkan lalu dicampur dengan tepung yang sudah diberi bumbu lalu digoreng. Setelah di potong menjadi ukuran kecil disajikan dengan sambal bumbu kacang di taburi ketimun dan bawang goreng. Dipadukan dengan semangkuk es buah segar membuat  hawa panas udara laut menjadi tidak terasa.




Jadiiii ... buat kalian yang sedang berkunjung ke pulau Batam dan sekitarnya, jangan lupa untuk mampir dan menikmati keindahan serta sejarah Pulau Penyegat yang sudah berusia ratusan tahun ini. 
Selasa, 22 Oktober 2013

Cinta Yang Sempurna


" Memangnya kamu ahli membaca wajah? jangan bicara soal wajah denganku. wajah kalian seperti apa pun aku enggak peduli!" sahut cowok itu dengan suara tinggi
" Aku pikir kamu baik, nyatanya kamu cowok sombong yang memandang wajah kamipun nggak mau, apa sih hebatnya kamu?" Lalas mulai emosional.
Cowok itu tidak langsung menyahut. wajahnya melunak, beberapa kali ia menghela nafas sebelum akhirnya kembali bersuara.
" Aku bukannya enggak mau mandang wajah kalian, tapi aku .. aku hanya bisa menebak suara kalian. itu karena .. aku enggak bisa melihat,"
Lalas dan Joan melongo. Jadi, selama ini? karena itu?




Judul       : Cinta yang sempurna
Penulis    : Arumi Ekowati dan Selvy Erline
Tebal      : 300 Hal
Penerbit  : Zettu
Harga     : Rp 45.000


Ini Novel duet dengan sahabatku Arumi Ekowati.  Persahabatan indah yang sudah terjalin belasan tahun dan melalui banyak suka dan duka. Punya hobi yang sama yaitu menulis membuat kami punya ide untuk nulis bareng.  Jiwa remaja yang selalu menempel hahaha .... mengilhami kami dengan banyak cerita seru yang bisa dijadikan tulisan. Sifat yang jaauuuuuh berbeda  menjadikan dunia kami penuh warna karena saling melengkapi satu sama lain.

Novel ini bercerita Tentang persahabatan dua cewek yang berbeda dalam segala hal. Mulai dari berbeda secara fisik, yang satu tinggi gede, yang satu tinggi kurus, yang satu hobi diet, yang satu bebas makan apa saja tanpa perlu khawatir berat badannya bertambah. Yang satu ngefans sama artis Korea, yang satu suka banget aktor Hollywood. Yang satu suka banget mi ayam, yang satu suka bakso, yang satu kursus bahasa Mandarin, satunya kursus bahasa Perancis, yang satu agak feminin, yang satu tomboi banget. Kesamaan mereka hanya satu, sama-sama suka nulis. Karena itu keduanya terlibat dalam ekskul mading sekolah.

Taaaapiiiiiii ...... apa yang terjadi saat mereka jatuh cinta pada cowok yang sama? yang pasti PERSAHABATAN menjadi taruhanya. 

Setelah membaca novel ini kalian pasti bisa menebak karakter tokoh mana yang terinspirasi dari keperibadian kami berdua  :D :D


Jumat, 18 Oktober 2013

Finally, I got concert ticket NOAH, Grand Ballroom Swiss-bell Hotel, Batam



Yipiiiiii .... akhirnyaaaaaa

Setelah bertemu dengan Reza sang drumer dan Ikhsan si additional gitar  makan siang di kantin rusun Lancang Kuning, aku dan Dina makin semangat buat menyaksikan penampilan Ariel dan teman - teman nanti malam.

Melalui perjuangan yang agak " panjang"  .. hahaha, kami berhasil membeli tiket di penjualan hari terakhir.

Konser NOAH bertajuk " REBORN " akan diadakan di Grand Ballroom Swiss-Bel Hotel, Harbour Bay- Batam. Konser akan berlangsung mulai pukul 20.00 Wib dan mereka akan membawakan 17 lagu dari semua album walau lagu dari album terakhir " Seperti Seharusnya" paling banyak dinyanyikan.


Rasanya nggak sabar nunggu sore nanti karena open gate akan dibuka jam 18.00 wib
tunggu lapor pandangan mata buat di postingan selanjutnya yaaaaa ....


Arieeeel, waait for me ... tonight


Kamis, 10 Oktober 2013

Cerita Cinta


" Aku gagal untuk tidak membiarkan diriku jatuh hati padamu," ucap Sang Woo serius.
Hye Mi memalingkan wajahnya seraya melepas genggaman tangan Sang Woo. Apa yang sebenarnya terjadi dengan cintanya? Kenapa ia harus mencintai dan dicintai oleh pria yang tidak akan mungkin menjadi miliknya. Apakah ia hanya menjadi cinta sesaat bagi mereka?.


Hye Mi tidak pernah bermimpi mendapat seorang pria sempurna dalam hidupnya. Ia hanya meminta Tuhan mengirimkan seorang pria yang melimpahinya dengan kasih sayang yang tidak pernah diterimanya sepanjang usia. Sayangnya Jung Su dan Sang Woo, dua pria yang dicintai dan mencintainya hanya bisa meninggalkan luka yang dalam di hidupnya.

Akankah sepanjang hidup Hye Mi tidak pernah mengenal cinta yang tulus? Siapakah pria yang berhasil membuktikan jika cinta butuh pengorbanan? Tidak pernah habis bicara tentang cinta. Kisah  yang diawali dengan rentetan peristiwa yang menyakitkan. Kisah yang harus mengubur semua harapan dan angan yang telah terurai dengan manis bahkan yakin akan menjadi nyata.

Judul       : Cerita Cinta
Penerbit  : Zettu
Tebal      : 258 Hal
Harga     : Rp 35.000 

Rabu, 09 Oktober 2013

Wisata Pantai Sekilak, Nongsa, Batam




Kali ini aku dan teman – teman berkunjung ke Pantai Sekilak yang letaknya di bagian timur kota Batam. Hari sedikit mendung saat kami tiba hingga tidak perlu berpanas ria di tengah teriknya matahari. Setelah membayar tiket masuk seharga Rp 10.000/orang di tambah biaya parkir untuk motor Rp 5.000 dan mobil Rp 10.000 kami menyusuri jalan tanah yang kanan dan kirinya penuh dengan rimbunan pepohonan.


Sebelum masuk ke pinggir pantai kami menemukan banyak area permainan yang sengaja disediakan untuk pengunjung. Mulai dari lapangan bola, tempat bermain anak, juga arena aktivitas lain seperti kayaking, family gathering atau sekedar berkemah. Di depan lapangan terdapat sebuah panggung yang biasanya menampilkan hiburan dari artis ibukota maupun lokal.



Taman dengan pepohonan yang rimbun dan beberapa undakan yang sengaja dibuat pengunjung yang suka mendaki. Di pinggir pantai banyak terdapat bebatuan dan karang besar yang bentuknya sangat menarik. Kami harus antri dengan pengunjung lain untuk mendapatkan lokasi berfoto di atas bebatuan besar. Di pantai ini sering juga digunakan sebagai tempat olahraga air. Bahkan beberapa orang tampak sedang asyik memancing sambil memandang birunya laut.


Pihak pengelola tidak membatasi jam kunjungan karena tenpat wisata ini terbuka selama 24 jam. Pengunjung terbanyak biasanya datang saat akhir pecan atau hari libur. Bahkan saat malam pergantian tahun jumlahnya bisa dua atau tiga kali lipat dari biasanya.

Jumat, 04 Oktober 2013

Wisata Pantai Galang Mas, Pulau Galang




Jalan – jalan kali ini menuju ke Pulau Galang Baru yang letaknya 50 km dari Pulau Batam. Menyeberang melewati Jembatan Barelang yang menjadi jembatan penghubung bagi beberapa pulau yaitu, Pulau Batam, Pulau Tonton, Pulau Nipah, Pulau Setokok, Pulau Rempang, Pulau Galang dan Pulau Galang Baru.



 Perjalanan sangat  menyenangkan karena seluas mata memandang terpampang laut biru dan pulau – pulau kecil yang berbentuk unik.
 

Masuk ke Pantai Galang Mas kami harus melewati jalanan berpasir yang belum sepenuhnya di aspal. Kami harus berjalan sedikit untuk mencapai pintu masuk area wisata pantai. Setelah membayar tiket masuk seharga Rp 5.000/orang  kami langsung melihat sebuah taman yang sudah di lengkapi dengan ayunan, beberapa pendopo lengkap dengan pembakaran api unggun dan bebatuan beragam bentuk  

Rimbunnya pepohonan dan desir ombak yang terdengar bagaikan alunan irama membuat suasana  menjadi tentram. Rimbunnya pohon bakau yang memenuhi bibir pantai menambah keasrian. Menginjak bebatuan yang bercampur dengan jernihnya air bisa ditemukan ikan kecil yang berlarian di sela – selanya.


Disini juga terdapat akar pohon yang berukuran besar dan bagus sebagai latar belakang berfoto.



Keunikan bentuknya membuat daya tarik sendiri bagi setiap pengunjung yang datang ke pantai yang letaknya paling ujung Jembatan Barelang.



The Last Memories


Apakah semua ini merupakan takdir yang harus diterima? Hae Won mengambil batu yang berserakan dan melemparnya ke dalam sungai Han. Dalam sekejab batu itu menghilang tanpa meninggalkan jejak apapun. Apakah akan seperti itu nasib cinta yang baru saja dirasakanya? Cinta pertama yang mungkin saja akan menjadi cinta terakhirnya.
 
           Hae Won, gadis tegar yang terpisah dengan ibunya selama lima belas tahun. Bibi Seung Ri yang merawat dan membesarkan hingga ia bekerja di sebuah perusahaan travel dan bersahabat dengan Jae Hwa, putri Tuan Jang Direkturnya. Hae Won merupakan karyawan teladan dan menjadi contoh bagi Jae Hwa yang manja dan kekanakan.
Saat menjalankan tugas pariwisata di pulau Jeju, Hae Won berkenalan dengan Min Woo, pria dewasa yang ramah dan baik hati. Kedekatan mereka dalam urusan pekerjaan membuat Min Woo jatuh cinta dan meminta Hae Won menjadi kekasihnya. Meski awalnya Hae Won tidak yakin tapi keseriusan Min Woo mampu membuka hati untuk cinta yang pertama kali hadir dalam hidupnya.
Tuan Jang yang sudah bersahabat dengan Tuan Song, berniat menjodohkan Jae Hwa dan Min Woo. Jae Hwa menolak keras tapi Tuan Jang punya cara untuk mempertemukan mereka. Saat pertemuan pertama itulah Jae Hwa  jatuh cinta pada Min Woo dan menyetujui perjodohan mereka.  Berbeda dengan Min Woo yang menolak karena ia tahu Jae Hwa dan Hae Won bersahabat. Hae Won yang kaget luar biasa memilih mengalah karena takut di pecat dari perusahaan. Di saat hati Hae Won terluka ia mendapatkan kenyataan  jika ibu kandungnya berada di Seoul dan telah menikah kembali dengan pria kaya yang tak lain adalah Tuan Jang.
Kecewa, benci dan terluka membuat Hae Won membenci ibu yang hidup mewah dan menelantarkanya selama belasan tahun. Ia tidak sanggup menerima kenyataan dan memutuskan keluar dari pekerjaan agar ibu bisa terus bahagia dengan keluarganya. Jae Hwa bertengkar dengan nyonya Jang karena telah berbohong tentang masa lalunya. Pertengkaran itu membuat nyonya Jang terpukul dan histeris mengetahui jika selama ini putri kandungnya adalah Hae Won. Diliputi perasaan takut dan bersalah ia berlari mencari Hae Won hingga terjadi kecelakaan yang mengakibatkan koma.
Hati Hae Won kembali diuji. Ia harus menyingkirkan  amarah, benci dan hati terluka demi membuat ibunya sadar kembali. Demi kebaikan semua, Hae Won juga harus menyerahkan Min Woo untuk adik tirinya, Jae Hwa. sanggupkah Hae Won melakukan itu semua?


Judul       : The Last Memories
Tebal      :  130 Hal
Penerbit  : Zettu
Harga     : Rp 30.000 ( Kalo beli sama aku di diskon looh )
Kamis, 03 Oktober 2013

Wisata Patung Seribu Wajah, Tanjung Pinang


Minggu yang cerah dan kami berencana untuk jalan – jalan berkeliling kota Tanjung Pinang, ibukota provinsi Kepulauan Riau. Jarak dari tempat kos di Batu Ampar menuju Pelabuhan Telaga Punggur kurang lebih satu jam. Lumayan jauh untuk ukuran jalan yang bebas macet. Pelabuhan Telaga Punggur adalah salah satu pelabuhan domestik yang digunakan warga pulau Batam untuk menyebrang ke kota atau pulau di Kepulauan Riau. Pelabuhan yang tidak terlalu besar tapi sangat berguna untuk banyak wisatawan dari Tanjung Pinang atau Tanjung Uban. Kami membeli tiket ferry jurusan Tanjung Pinang seharga Rp 110.000/PP dengan waktu keberangkatan tiap satu jam. Setelah membayar Boarding Pass seharga Rp 7.500 ( hm, serasa naik pesawat lah ya ) dan melewati pemeriksaan kami masuk ke area ruang tunggu pelabuhan yang lumayan bersih. Kurang lebih 1 jam perjalanan sampailah kami di Pelabuhan Sri Bintan Pura, Tanjung Pinang, pelabuhan internasional dan domestik bagi warga Tanjung Pinang. Di Sekitar pelabuhan terdapat beberapa kantor pemerintah seperti kantor Bea Cukai, Kantor Polisi dan Kementrian kesehatan.


Setelah makan siang di rumah makan yang menyediakan sea food dan makanan khas melayu kami menuju Vihara Ksitigarbha Bodhisattva … hehe, agak ribet ya bacanya. Vihara ini terletak di km 14 jalan Kijang Tanjung Pinang dengan waktu tempuh sekitar 45 menit. Letaknya yang di dataran tinggi membuat vihara ini terlihat megah. Di pintu masuk terdapat gapura dengan dua patung yang membawa pedang dan berwajah galak yang diibaratkan sebagai penjaga. Di  tiang gapura terdapat relief ular naga melingkar dari atas ke bawah dan di sela – sela ular terdapat relief macan juga ikan. melihat gapura sebesar ini mengingatkanku pada film silat Hongkong yang sering memakai latar belakang kekaisaran Cina.


Masuk ke dalam terlihat Vihara yang berbentuk benteng dengan bagian atasnya terdapat bangunan dengan atap berwarna merah. Bentuknya sesuai dengan arsitektur cina karena melengkung.


 Setelah melewati lorong sudah terlihat jejeran patung budha atau Arahat yang berbaris rapi.  Arahat adalah orang yang telah mencapai spiritual tertinggi dalam agama Budha. Tingginya melebihi tinggi orang dewasa yaitu sekitar 1,8 – 2 meter. Ada ratusan patung dengan wajah dan tampilan yang berbeda. Ada yang tertawa, tersenyum, cemberut, galak bahkan berwajah seram. Beberapa patung juga lengkap dengan senjata, kendi bahkan binatang di tangan. Jika diperhatikan dengan seksama maka kita seolah sedang dipandangi oleh ratusan pasang mata dengan berbagai ekspresi. Walau jumlah patungnya belum mencapai seribu tempat ini sudah dikenal dengan “ Patung Seribu Wajah “.



Vihara ini letaknya tidak terlalu jauh dari bandara Raja Ali Haji dan bisa menggunakan taksi dengan biaya 20-30 ribu. Dibuka mulai pukul 08.00 – 17.00 wib dan tidak dipungut biaya karena terbuka untuk umum. Hamparan perkebunan dan bukit di sekitarnya membuat tempat wisata ini menjadi salah satu tempat yang wajib dikunjungi saat menyambangi kota Tanjung Pinang.